A. SEJARAH
DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
1. Masyarakat
Arab Jahiliah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal
kenabian adalah masyarakat Arab jahiliah, atau masyarakat yang masih berada
dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat Arab waktu itu, terdapat dalam bidang
agama, moral, dan hukum,
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat
Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya
beragamawatsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang
mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah
SWT) yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di antara berhala-berhala yang
termashyur bernama: Ma’abi, Hubal, Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat.
Selain itu ada pula sebagian masyarakat
Arab jahiliah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in
serta menyembah matahari, bulan, dan jin yang diperbuat oleh sebagian
masyarakat di luar kota Mekah. Dalam bidang moral, masyarakat Arab jahiliah
telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti:
a. Bila terjadi peperangan
antarkabilah, maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan budak oleh kabilah
yang menang perang.
b. Menempatkan
perempuan pada kedudukan rendah. Dalam masyarakat Arab jahiliah perempuan tidak
berhak mewarisi harta peninggalan suaminya, ayahnya, atau anggota keluarga yang
lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi oleh anak tirinya atau
anggota keluarga lain dan suaminya yang telah mati.
c. Memiliki kebiasaan
buruk, yakni berjudi dan meminum minuman keras. Kejahiliahan mereka dalam
bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa judi, bermabuk-mabukan, berzina,
mencuri, merampok, dan membunuh, bukan merupakan perbuatan yang salah.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku
masyarakat Arab jahiliah itu buruk, tetapi ada pula yang baiknya. Seperti:
memiliki keberanian dan kepahlawanan, suka menghormati tamu, murah hati, dan
mempunyai harga diri. Juga dalam bidang perdagangan, ada sebagian masyarakat
Arab jahiliah yang sudah memiliki kemajuan. Misalnya, para pedagang dari
kabilah Quraisy, berdagang pada musim panas ke negeri Syam (sekarang Suriah,
Libanon, Palestina, dan Yordania) dan pada musim dingin ke Yaman (lihat Q.S.
Quraisy, 106: 1—4). Mereka
memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan tali.
B. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul
Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak membiarkan umat
manusia, khususnya masyarakat Arab berada dalam kebodohan sepanjang zaman. Lalu
Dia mengutus seorang nabi dan rasul yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW.
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal
17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus
di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di
Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah dan berada di lerengnya
(kira-kira berjarak 20 m dari puncaknya).
Muhammad diangkat
Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril
pada tanggal 17 Ramadan 610 M, untuk menyampaikan wahyu yang pertama yakni
Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari). Turunnya ayat
Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul A1-Qur’an.
Setibanya di
rumah, Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya, Khadijah, peristiwa yang
dialaminya. Sebenarnya Khadijah mempercayai segala apa yang diceritakan
suaminya, tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal,
saudara. Sepupunya terhadap peristiwa yang dialami suaminya. Waraqah adalah
seorang pemikir yang telah berusia lanjut, beragama Nasrani, yang telah
menyalin kitab Injil dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Arab.
Setelah Waraqah
bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, ia
berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Isa.
Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh
kaummu.” Nabi Muhammad SAW berkata, “Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab
Waraqah, “Ya, tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa
(ajaran Islam), yang tidak dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa
itu, tentu aku akan menolongmu dengan sekuat tenagaku.” (H.R. Ahmad,
Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut sebagian
ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah
Al-Muddassir: 1—7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah
menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu,
tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610—622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa A1-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
Materi dakwah
Rasulullah SAW di awal kenabiannya berupa ajaran Islam, yang terkandung dalam
89 Surah Makkiyyah dan hadis yakni wahyu Allah SAW yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, tetapi tidak tertulis dalam lembaran Al-Qur’an.
C. Ajaran Islam
Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus
didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
1. Keesaan
Allah SWT
Islam
mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya,
tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang
menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlãs, 112: 1-4).
Umat
manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.
Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku
syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S
An-Nisã’, 4: 48).
2. Hari Kiamat
sebagai hari pembalasan
Islam
mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir
kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di
alam kuhur dan di alam akhirat.
Manusia
yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa
berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan.
Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan
ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia
yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat,
tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka
yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S.
Al-Qari’ah, 101: 1-11!)
3. Kesucian jiwa
Islam
menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan
melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama
hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala
perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT
dan banyak berbuat dosa.
Sungguh
beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah
ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
4. Persaudaraan
dan Persatuan
Persaudaraan
mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan
bagi terwujudnya persatuan.
Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah
bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di
bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap
beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya,
seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan
Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa
serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan
saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam
yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa,
yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S.
Al-Mã’un, 107: 1-7).
D. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW
PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah
agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan
hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad
SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh ajaran
Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk
Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Strategi dakwah
Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang
luhur
tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara
Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Cara ini ditempuh
oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab jahiliah,
masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur
mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah
SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu
masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat
Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat
Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573- 634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Sesuai dengan
ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga
kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang
saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi bahasanya
yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani
Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena
ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka
adalah :
·
Abdul Amar dan Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba
milik si Amar. Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh
Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, Yang
Maha Pengasih.
·
Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
·
Utsman
bin Affan.
·
Zubair
bin Awam.
·
Sa’ad
bin Ahu Waqqas.
·
Thalhah
bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah
Secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini
dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang
berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan
pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW
secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
a. Mengundang
kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu
itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama
mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya
sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan
tegas menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu
Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah
SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat
tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh
dan Ka’bah.
Rasulullah SAW memberi
peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan
terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu
dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di akhirat.
Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah SWT,
sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW
tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang menolak disertai teriakan dan
ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya
mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata
“Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai
balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi
kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu
cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara
terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dua orang kuat dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW)
dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6
dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah
sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar